Permainan Nini Thowok adalah warisan nenek moyang di zaman dahulu, ketika mereka percaya terhadap kepercayaan animisme. Namun kapan munculnya permainan Nini Thowok tidak diketahui dengan jelas. Hans Overbeck pada tahun 1938 dalam bukunya berjudul Javaanche Meisjesspelen en Kinderliedjes telah mencatat permainan Nini Thowok sebagai salah satu jenis permainan dari 690 jenis permainan di Indonesia.
Apabila dilihat dari suku kata maka Nini Thowok atau Thowong terdiri dari dua kata yaitu Nini dan Thowong. Nini berarti sebutan untuk anak perempuan di Jawa dan Thowong berarti muka yang putih.
Cerita di masyarakat menyebutkan bahwa dahulu ada seorang perempuan bermuka putih atau thowong yang sering berbuat jahat. Suatu ketika wanita itu berbuat jahat lalu disihir oleh tetangganya menjadi roh halus dan kemudian dinamakan Nini Thowong.
Nini Thowok berbentuk boneka yang terbuat dari siwur dan berpakaian perempuan. Nini Thowok memiliki sebutan yang berbeda-beda di berbagai daerah di Jawa Tengah. Di Banyumas dikenal dengan sebutan Cowongan, di Batang dikenal dengan Cowong dan di Pemalang disebut Brendung.
Di masyarakat juga berkembang bahwa permainan sejenis Nini Thowok yang ada di Jawa merupakan saudara dari permainan Jaelangkung. Jaelangkung sendiri ada yang menyebutkan dari frasa Cai Lan Gong yang berarti Datuk Keranjang Sayur mayur. Apabila Jaelangkung berjenis kelamis laki-laki, maka Nini Thowok berjenis kelamin perempuan. Hal ini terlihat dari pakaian yang dikenakan.
Ada cerita lain yang mengatakan bahwa Nini Thowong berasal dari kama wurung (benih manusia yang tidak jadi). Kama wurung itu tidak dirawat sebagaimana mestinya, kuburannya tidak dijaga dan tidak dirawat sebaik-baiknya, serta tidak pernah diberi sesaji. Kama wurung akhirnya menjadi roh halus dan mengembara ke tempat-tempat keramat. Roh halus ini kemudian bertempat pada Nini Thowong, sehingga memiliki kekuatan gaib.
Permainan Nini Thowok dimunculkan ke tengah-tengah masyarakat sebagai perwujudan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan, limpahan rezeki dan keselamatan dalam menjalani hidup. Biasanya kesenian Nini Thowok dipertunjukkan selepas panen padi.
Dalam perkembangan selanjutnya, permainan ini tidak hanya untuk keperluan upacara saja, tetapi dapat digunakan untuk permainan belaka.
Permainan Nini Thowok berbeda dari permainan biasanya. Hal ini dikarenakan gerakan dari boneka Nini Thowok dipengaruhi roh makhluk halus. Roh halus tersebut diusahakan masuk ke boneka Nini Thowok oleh sang pawang. Biasanya roh halus yang masuk adalah seorang perempuan atau "Sang Bidadari". Meskipun permainan Nini Thowok hanya bertujuan untuk hiburan atau mengisi waktu luang, tetapi syarat berupa sesaji, bunga dan kemenyan tettap mewarnai permainan ini. Adapun macam sesaji ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lain.
Sang Pawang dengan kemampuan supranaturalnya melalui mantra dan lantunan tembang para pengiring permainan ini merupakan daya tarik dari permainan boneka Nini Thowok. Oleh karena itu, hanya orang-orang yang memiiki kemampuan supranatural sajalah yang dapat memimpin permainan Boneka Nini Thowok.
Sumber: Kesenian Nini Thowok koleksi Museum Jawa Tengah Ranggawarsita
ADS HERE !!!